4 research outputs found

    Phytochemicals, Antioxidant and Antifungal Properties of Acorus calamus, Curcuma mangga, and Allium sativum

    Get PDF
    The purpose of this study to determine the content of phytochemicals, antioxidant and antifungal properties of the combination of Acorus calamus, Curcuma mangga, and Allium sativum. This research was descriptive qualitative, extractions were done by maceration method with ethanol with 3 different combinations (C1, C2 and C3). Phytochemical test reagent included 4 kinds of test, namely: alkaloids, flavonoids, triterpenoids, saponins and tannins. As for the antioxidant test, the method used was DPPH. The concentration used at 25, 50, 100, 200, and 400 ppm. As for the antifungal test conducted on Candida albicans with Kirby-Bauer disc methods with a concentration of 100%, followed by the MIC and MBC test with a concentration of 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.13%, 1.56%, 0.78% and 0.39%. Phytochemical test results indicated the presence of the alkaloids, flavonoids and triterpenoids compounds in 3 different combinations (C1, C2 and C3). The highest antioxidant levels founded in C1 (61.75) followed by C3 (47.94) and the lowest levels founded in C2 (42.76). The antifungal test showed the inhibitory zone against C.  albicans. The highest inhibitory zone was found in C1 at 5.44 ± 1.78 mm (medium category), followed by C2 at  4.08 ± 0.86 mm (medium category), and C3 at 3.05 ± 0.23 mm (medium category). As for the minimum inhibitory concentration (MIC) value got on the concentration of 0:39% and minimum fungisidal concentration (MFC) values were at a concentration of 0.78%.    Key word: Acorus calamu, Allium sativum, Curcuma manga, Antioxidant, antifungal, Candida albican

    APLIKASI DAUN SAMBILOTO SEBAGAI BAHAN AKTIF DIPPING DALAM PROGRAM KONTROL MASTITIS PADA SAPI PERAH

    No full text
    Mastitis merupakan inflamasi pada jaringan ambing yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Mikroorganisme yang biasa menyebabkan mastitis adalah bakteri yang masuk dalam ambing, berkembangbiak dan memproduksi toksin dalam glandula ambing seperti Staphylococcus aureus dan E.Coli. Macam mastitis secara garis besar ada 2 (dua) yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis. Deteksi mastitis subklinis masih sulit dilakukan karena tidak ada gejala klinis pada penderita. Kerugian ekonomi secara umum yang diakibatkan mastitis subklinis meliputi penurunan produksi antara 10-40% dan penurunan kualitas susu. Kerugian ekonomi dapat dilakukan dengan pengendalian mastitis secara tepat dan efisien. Pengendalian yang sering dilakukan peternak Jawa Timur terhadap mastitis adalah dengan mencuci tangan sebelum memerah dengan larutan desinfektan, melakukan pemerahan dengan baik dan benar tanpa bahan pelicin dengan pemerahan sampai kosong, sapi yang menderita mastitis diperah terakhir dan harus dikeluarkan dari kandang bila tidak sembuh dengan pengobatan, melakukan pencegahan dengan pemberian antibiotika selama masa kering kandang, melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kejadian mastitis, mengukur produksi sapi per ekor per hari secara teratur dan melakukan pencelupan atau dipping puting kedalam larutan desinfektan setelah selesai pemerahan. Daun sambiloto merupakan tanaman yang mempunyai kasiat anti radang dan antiinfeksi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan E. Coli. Zat yang terkandung dalam sambiloto berupa Andrographis paniculata efektif sebagai antiinflamatori dan antiinfeksi. Bahkan enterotoksin yang diproduksi Staphylococcus aureus pada mencit jantan dapat direduksi oleh zat ini . Pada penelitian ini akan diselidiki tentang aplikasi daun sambiloto terhadap kasus mastitis subklinis yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E. Coli untuk program kontrol mastitis pada sapi perah di daerah Sidoarjo. Screning terhadap sapi penderita mastitis subklinis, identifikasi untuk memperoleh Staphylococcus aureus dan E. Coli yang selanjutnya dilakukan dipping 3 menit selama 1 minggu pada puting penderita dengan larutan daun sambiloto. Ambing yang telah dilakukan dipping dengan larutan daun sambiloto diperiksa lagi kandungan Staphylococcus aureus dan E. Coli untuk mengetahui efektifitas dawn sambiloto. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efetifitas daun sambiloto sebagai bahan aktif dipping puting dalam program kontrol mastitis pads sapi perah terutama yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E. Coli. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia peternakan sapi perah dalam program kontrol mastitis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional lapangan yang menggunakan pendekatan survey untuk pencarian kasus mastitis dan diikuti uji laboratorium untuk identifikasi Staphylococcus aureus dan 1. Coli serta melihat efek dari daun sambiloto dalam mengontrol kasus mastitis pads sapi perah yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan E, Coli.Populasi target adalah sapi perah yang menderita mastitis Sidoarjo. Sampel yang digunakan adalah 16 ekor sapi. Tehnik pengambilan sampel susu merupakan susu yang diambil dari puting penderita mastitis dan telah didipping dengan larutan daun sambiloto. Parameter yang diamati adalah penurunan jumlah Staphylococcus aureus dan E. Coli. Hasil penelitian ini menunjukkan daun sambiloto efektif digunakan sebagai bahan aktif dipping dalam program kontrol mastitis yang disebabkan Staphylococcus aureus dan E.Coli pada sapi perah. Persentase penurunan jumlah Staphylococcus aureus setelah dilakukan dipping puting 3 menit selama 1 minggu adalah 68,03% sedangkan persentase penurunan jumlah E.Coli setelah dilakukan dipping putting 3 menit selama 1 minggu adalah 54,67%. Penurunan jumlah bakteri Staphylococcus aureus dan E.Coli ini karena larutan ekstrak sambiloto dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan E.Coli. Daun sambiloto dapat disarankan sebagai bahan dipping untuk kontrol mastitis pada sapi perah sehingga dapat menekan kerugian ekonomis akibat mastitis

    Potensi Bakteri Lactococcus SP. Dan Lactobacillus SP. Untuk Peningkatan Kualitas Limbah Kulit Kacang Sebagai Alternatif Bahan Pakan [Potential of Lactococcus SP. and Lactobacillus SP. Bacteria for Quality Improvement of Peanut Peel Waste as Alternative Feed Ingredients]

    Full text link
    Tujuan penelitian ini untuk menterminasi peningkatan kandungan nutrien dalam fermentasi makanan yang terdapat dari kulit kacang sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak dan ikan. Penelitian ini terdiri dari tiga perlakuan dan lima replikasi P0: kulit kacang+isolat 0%; P1: kulit kacang+1% Lactococus sp. ; P2 : kulit kacang+1% Lactobacillus sp. Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari dalam keadaan aerob. Hasil menunjukan bahwa terdapat berdedaan yang signifikan antara perlakuan (p<0,05). Penggunaan isolat Lactococcus sp. dan Lactobacillus sp. dapat meningkatkan kandungan nutrient dari limbah kulit kanang. Terdapat penurunan aerob mentah dari 3,80 sampai 7,70% terdapat peningkatan elestrak nitrogen bebas dari 3,925 sampai 4,38% terdapat peningkatan kandungan energi pencernaan 7.13% sampai 9.30%. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengguna 1% Lactococcus sp. dan 1% Lactococcus sp. dapat meningkatkan nilai nutrisi di limbah kulit kacang yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan ternak dan ikan
    corecore